malam itu gue kebangun tengah malam, tepatnya jam 12.15 . suasananya cukup dingin, kebetulan bulan itu bumi lagi di titik terjauhnya dari matahari. bahkan kucing gue yang tidur di sebelah gue juga tidur melingkar karena kedinginan. tapi entah kenapa berasa lebih tenang, lebih adem, dan lebih sejuk aja.
nggak kayak biasanya yang kalau gue bangun tengah malam bakalan langsung pusing karena kepikiran tugas kuliah yang belum selesai. malam itu gatau kenapa berasa tenang-tenang aja. dan anehnya lagi gue nggak ada rencana buat bangun malam itu.
gue bangun dan wudhu, itung-itung biar lebih seger aja. sekalian mantengin notif laptop yang masih muter lagu slow buat nemenin tidur gue semalem. gue arahin mouse ke tombol volume dan mulai kecilin ke 5% biar nggak ganggu waktu gue sholat nanti.
setelah sholat, gatau kenapa gue kepikiran : udah jauh juga perjalanan hidup gue.
mulai dari keseharian gue jadi seorang mahasiswa yang berusaha tegar dari hari ke hari buat nugas segala bentuk request-an dosen yang bikin kesehatan sempet kandas.
lalu tentang umur gue yang udah hampir menginjak ke kepala dua,
siapa yang sangka. duapuluh tahun lalu bayi kecil lahir di bumi ini yang diamanahi sebagai anak laki-laki yang jalan hidupnya cukup terjal dan ketemu berbagai macam sudut pandang kehidupan.
nggak cuma itu, tanggungan gue sebagai kakak dan anak pertama juga nggak lepas dari pikiran gue malam itu. bahwa template "harus jadi contoh yang baik" di dalam keluarga sudah ter-cap pada setiap anak pertama dari dulu. dan jujur, itu merupakan suatu tanggung jawab yang nggak pernah gue minta tapi emang sudah "kodratnya" bagi para manusia umum di luar sana yang memiliki anak pertama dan menaruh segala harapannya pada anak pertama. perasaan yang sama yang dirasakan segala anak pertama di dunia ini. khususnya di indonesia. dan apabila anak pertama itu gagal, dia akan jadi tumbal perbandingan dengan berbagai anak pertama sukses yang lain.
jujur itu beban.
walaupun dengan embel-embel "nggak kok, nggak banding bandingin" atau "nggak papa nggak sesuai ekspektasi. yang penting kamu udah usaha", namun kalau dihati masih ada harapan sekecil apapun itu yaa- sama aja. beban tersebut masih tersemat secara jelas di hati dan pikiran kami. sebenarnya sah-sah aja berharap. namun menurut gue harus diiringi dengan support selain hanya kata-kata dan doa.
but it's ok, sekarang gue sudah berdamai dengan keadaan itu. keadaan dimana "anak pertama" yang punya tanggungan besar dan harapan keluarga. let it flow. seenggaknya gue mencoba yang terbaik aja. sisanya terserah biar alam semesta yang ngatur.
lamunan gue tentang anak pertama pun hilang.
sesaat ada feeling yang nggak bisa gue deskripsiin gimana rasanya.
enggak tenang, dan nggak khawatir. kayak bener-bener hening dan perasaan yang pas buat mikir dalem-dalem tentang hidup gue. gatau kenapa nyaman aja mikirnya. bukan mikir pusingnya, tapi cuman mikirin aja.
mikirin tentang segala sesuatu itu harus dilakukan dengan ter-planning. dengan tertarget. ada milestones atau capaian capaian dalam hidup. gue termasuk orang yang bisa dibilang cukup terjadwal. namun, bisa dibilang jadwal gue bisa aja se-fleksibel dan berubah tiap tiap waktu.
karena gue pernah bilang ke diri gue sendiri tentang hidup, waktu hidup gue berada di titik terendah:
kalau kamu memandang hidup itu suatu perjalanan, maka disana ada banyak milestone atau capaian capaian yang harus kamu lewati atau nggak sengaja kamu lewati.
kalau kamu memandang hidup itu suatu petualangan, maka disana ada banyak tanjakan maupun turunan curam yang harus kamu naiki dan kamu turuni. dan nggak sedikit batu loncatan yang kamu perlukan buat naik ke tempat yang lebih tinggi.
kalau kamu memandang hidup itu suatu keadaan menunggu waktu, maka bakalan ada deadline deadline yang harus kamu kerjakan sebelum waktu itu tiba. karena terkadang kesempatan nggak datang dua kali, walaupun terkadang kesempatan datang dari arah yang nggak dipikirin sama sekali.
gue masih seringkali menemui nggak sedikit orang yang agak salah kaprah tentang definisi dan penerapan ikhtiar dan tawakal.
oke, disclaimer, gue bukan ustad yang hafidz beribu-ribu kitab tafsir dan buku diniyah lainnya (kalau ingin tahu definisi harfiyah nya mungkin bisa tanya ke beliau beliau yang lebih mengerti), oke ? gue cuman sekedar seseorang mahasisawa yang masih banyak kurang dan masih perlu belajar tentang cara kerja alam semesta terhadap kehidupan gue.
sering kali gue temuin orang yang pasrah-pasrah aja terhadap hidup. kayak "yang penting gue liat apa kata nanti aja" atau sekedar "yamau gimana lagi, biar Tuhan yang atur" tapi dia sendiri nggak melakukan apa-apa.
jadi begini brader and sister yang berbahagia. gue pernah dapet kisah menarik tentang ini. (gue ceritain pake bahasa gue ya) dahulu pada zaman nabi muhammad SAW, ada seseorang yang membiarkan untanya nggak terikat di deket masjid dengan alasan ia sudah bertawakkal pada Alloh swt. lalu Nabi SAW pun menyuruh ia untuk mengikatnya "ikatlah untamu terlebih dahulu, lalu kemudian bertawakkal" (au kama qoola rasululloh SAW)
dari situ gue tau, kalau hidup juga begitu. nggak bisa asal tawakkal. harus dibarengi sama planning, sama usaha. walau terkadang usaha kita nggak sesuai apa yang kita planning, tapi paling tidak, kita sudah bikin rencana dan bikin kemungkinan terburuk dari rencana itu. sehingga kita nggak kaget saat kita mengalami rencana terburuk terburuk
sama halnya kayak yang kita temui disekitar kita akhir-akhir ini : tentang pandemi, tentang covid.
banyak orang yang masih nyerocos sana sini tanpa dasar ilmu yang pasti ataupun valid. dan mencari statement pembernaran atas apa yang mereka pikirkan dengan embel-embel "meminta pendapat" padahal aslinya sama sekali nggak. mereka cuman mencari orang yang sepemikiran dengan mereka dan mencari pembenaran atas statement mereka yang gak jelas.
tanggapan gue pada awalnya sesimple :
yaudah, klo nggak percaya ama medis, ya tinggal berobat ke dukun aja lu orang. gausa ditolongin orang modelan begitu kalo waktu mau ditolongin aja nyolotnya minta ampun dan makin ngelunjak
gue sendiri termasuk orang yang gampang bodoamat, tapi kalau ada orang yang berulah itu 'nyenggol' dan bikin ulang yang ngerugiin gue dan masyarakat banyak, gue nggak tinggal diam buat abisin itu orang.
ah- udah lah, nggak bakalan selesai juga kalo ditanggepin.
akhirnya gue nyeruput teh anget dan berlagak bilang "ahh~" macam bapak-bapak di warung pada umumnya
malam hari juga waktu yang tepat buat kita ngadu ke pencipta, entah kenapa mungkin banyak beberapa dari kita kalo malam hari emang waktu yang pas banget buat curhat ke "Yang Punya Hidup"
kalo gue sendiri, gue lebih suka mikir dalem-dalem dulu tentang apa aja yang udah gue lewatin, yang sedang gue jalanin, dan yang akan gue lakuin.
nggak hanya itu, masih banyak yang terlintas dipikiran gue malam itu.
gue rasa malam itu cocok banget buat merenung tentang segala macam hal dan ..
oiya, daripada keburu lupa. akhirnya gue nyalain laptop dan buka blog gue. dan nulis judul baru buar tulisan gue ..
gue ngetik "yang datang di malam hari"..
kira kira, enaknya nulis apa ya ?
Comments
Post a Comment